[es_my_listing status=”Badung”]
Kabupaten Badung adalah sebuah kabupaten yang terletak di provinsi Bali, Indonesia. Daerah ini yang juga meliputi Kuta dan Nusa Dua adalah sebuah objek wisata yang terkenal. Ibu kotanya berada di Mangupura, dahulu berada di Denpasar[5]. Pada tahun 1999 terjadi kerusuhan besar di mana Kantor Bupati Badung di Denpasar dibakar sampai rata dengan tanah.
Kabupaten Badung saat ini dipimpin oleh seorang Bupati yang saat ini dijabat oleh I Nyoman Giri Prasta, dan sebagai Wakil Bupati yaitu I Ketut Suiasa
Kabupaten Badung berbatasan dengan Kabupaten Buleleng di sebelah utara, Kabupaten Tabanan di barat dan Kabupaten Bangli, Gianyar serta kota Denpasar di sebelah timur.
Wilayah Kabupaten Badung dibagi menjadi 6 kecamatan, yaitu:
- Petang
- Abiansemal
- Mengwi
- Kuta
- Kuta Utara
- Kuta Selatan
Di Kabupaten Badung banyak sekali objek wisata yang dapat dikunjungi, misalnya:
- Air terjun Nungnung
- Atraksi Makotek di Desa Munggu
- Ayung Rafting
- Bumi Perkemahan Dukuh, Blahkiuh
- Bungy Jumping
- Desa Petang
- Desa Plaga
- Desa Kapal
- Perang Tipat Bantal (Desa Kapal)
- Pantai Dreamland
- Pantai Padang-Padang
- Jembatan Tukad Bangkung (terpanjang di Bali Nusa tenggara dan Tertinggi di Asia Tenggara
- Pura Penataran Puspem Badung
- Pantai Seseh
- Pantai Batu Bolong
- Pantai Brawa
- Kawasan Industri Badung (Jalan Bay Pass Sunset Road, Kuta)
- Kawasan Wisata Malam Oberoi
- Desa Wisata Baha
- Garuda Wisnu Kencana (GWK)
- Geger Sawangan
- Kawasan BTDC Nusa Dua
- Mandala Wisata
- Monumen Tragedi Kemanusiaan Bom Bali
- Panggung Kesenian Kuta Timur
- Pantai Canggu
- Pantai Jimbaran
- Pantai Kedonganan
- Pantai Kuta, Legian, Seminyak
- Kawasan Internasional Legian
- Pantai Labuan Sait
- Pantai Nyang-Nyang
- Pantai Suluban
- Patung Satria Gatot Kaca
- Penangkaran Penyu Deluang Sari
- Pura Peti Tenget
- Pura Pucak Tedung
- Pura Sadha
- Pura Taman Ayun
- Pura Uluwatu
- Safari Kuda
- Sangeh
- Taman Reptil Indonesia Jaya
- Kota Mangupura
- Tanah Wuk
- Tanjung Benoa
- Waka Tangga
- Water Boom Park, Kuta, Badung
- Wisata Agro Pelaga
Galeri
-
Sejarah
Kabupaten Badung dulunya bernama Nambangan sebelum diganti oleh I Gusti Ngurah Made Pemecutan pada akhir abad ke-18. Dengan memiliki keris dan cemeti pusaka Dia dapat menundukkan Mengwi dan Jembrana hingga tahun 1810, di mana Dia akhirnya diganti oleh 2 orang raja berikutnya. Kematian Dia seolah olah sudah diatur oleh penerusnya, barangkali saudaranya, Raja Kesiman yang memerintah dengan mencapai puncaknya tahun 1829-1863. Ia dapat dipengaruhi oleh kekuatan dari luar Bali dan menggantungkan harapan kepada Pemerintah Belanda pada saat itu.
Belanda diijinkan Dia untuk mendirikan stasiunnya di Kuta pada tahun 1826, sebagai balasan atas kerjasama itu Dia mendapatkan hadiah yang sangat indah. Seorang pedagang berkebangsaan Denmark, bernama Mads Johansen Lange yang datang ke Bali pada usia 18 tahun dan memegang peranan sebagai mediator antara Pemerintah Belanda dan Bali di mana raja mendapat bagian yang cukup menarik. Mulai saat itu, Mads Lange yang lahir tahun 1806, dapat meningkatkan hubungan baik dengan raja-raja di Bali. Pada tahun 1856 Mads Lange sakit dan mohon pensiun serta memutuskan untuk kembali ke Denmark, namun sayang dia meninggal pada saat kapal yang akan ditumpangi akan berangkat dan akhirnya dia dikubur di Kuta. Di samping itu Kuta juga dikenal sebagai tempat di mana Kapten Cornelis de Houtman dengan beberapa pengikutnya dihukum gantung tahun 1557, ketika 20.000 pasukan Bali kembali dari perjalanan mempertahankan Blambangan dari Kesultanan Mataram.
Pada tahun 1904 sebuah kapal China berbendera Belanda bernama “Sri Komala” kandas di pantai Sanur. Pihak pemerintah Belanda menuduh masyarakat setempat melucuti, merusak dan merampas isi kapal dan menuntut kepada raja atas segala kerusakan itu sebesar 3.000 dolar perak dan menghukum orang-orang yang merusak kapal. Penolakan raja atas tuduhan dan pembayaran kompensasi itu, menyebabkan pemerintah Belanda mempersiapkan expedisi militernya yang ke-6 ke Bali pada tanggal 20 September 1906. Tiga batalyon infantri dan 2 batalyon pasukan arteleri segera mendarat dan menyerang Kerajaan Badung.
Setelah menyerang Badung, Belanda menyerbu kota Denpasar, hingga mencapai pintu gerbang kota, mereka belum mendapatkan perlawanan yang berarti namun tiba-tiba mereka disambut oleh segerombolan orang-orang berpakaian serba putih, siap melakukan “perang puputan” (mati berperang sampai titik darah terakhir). Dipimpin oleh raja para pendeta, pengawal, sanak saudara, laki perempuan menghiasi diri dengan batu permata dan berpakaian perang keluar menuju tengah-tengah medan pertempuran. Hal itu dilakukan karena ajaran agamanya bahwa tujuan kesatria adalah mati di medan perang sehingga arwah dapat masuk langsung ke sorga. Menyerah dan mati dalam pengasingan adalah hal yang paling memalukan.
Raja Badung beserta laskarnya yang dengan gagah berani dan tidak kenal menyerah serta memilih melakukan perang puputan akhirnya gugur demi mempertahankan kedaulatan dan kehormatan rakyat Badung.
Beberapa hari kemudian Belanda pun menyerang Tabanan, dan kemudian pada tahun 1908 Kerajaan Klungkung juga melakukan puputan dan dengan jatuhnya kerajaan Klungkung maka Belanda menguasai Bali sepenuhnya. Pada tahun 1914 Belanda mengganti pasukan tentara dengan kepolisian sambil melakukan reorganisasi pemerintahan. Beberapa raja dicabuti hak politiknya, namun mereka tetap menjaga nilai kebudayaan dan raja pun masih berpengaruh kuat. Kota Denpasar yang terdiri dari 3 kecamatan merupakan bagian dari Kabupaten Badung, sebelum ditetapkan sebagai Kota Madya pada tanggal 27 Februari 1993.